Restrukturisasi Tuntas, Pertamina NRE Tancap Gas Kawal Transisi Energi

Jakarta, MinergyNews– Pada awal Agustus 2021 Subholding Power & New Renewable Energy (PNRE) atau Pertamina NRE telah sah dan resmi terbentuk secara hukum, yang diikuti dengan Subholding lainnya di awal September dan menandai selesainya proses restrukturisasi di tubuh Pertamina Group. Hal ini semakin memantapkan langkah PNRE menjalankan amanah mengawal transisi energi.

“Pembentukan holding dan subholding di tubuh Pertamina bertujuan agar Pertamina lebih adaptif terhadap lingkungan bisnis yang semakin dinamis. Aspirasi Kementerian BUMN RI selaku pemegang saham salah satunya adalah Pertamina menjadi pemimpin transisi energi di Indonesia untuk menekan laju perubahan iklim, melalui dekarbonisasi,” tutur Chief Executive Officer PNRE Dannif Danusaputro.

Menurut Dannif, subholding PNRE merupakan generasi masa depan Pertamina, dan merupakan energi baru bagi Pertamina untuk mewujudkan transisi energi, mendukung ketahanan energi nasional, serta mampu mewujudkan Indonesia yang bersih sesuai dengan komitmen pemerintah dalam Paris Agreement.

PT Pertamina Power Indonesia (PPI) sebagai subholding PNRE adalah  salah satu anak usaha Pertamina yang paling muda usianya. Didirikan pada tahun 2016 pada awalnya PPI adalah sebuah project company dengan proyek utama Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) Jawa-1. Pada tahun 2020, Ketika Pertamina mengawali proses restrukturisasi, PPI diberi amanah untuk menjadi subholding PNRE, yaitu subholding yang fokus pada bisnis energi bersih sebagai masa depan bisnis Pertamina.

Sebagai subholding PNRE, PPI membawahi Pertamina Geothermal Energy (PGE) sebagai anak usaha, serta PT Jawa Satu Power (JSP) dan PT Jawa Satu Regas (JSR) sebagai perusahaan afiliasi. PGE fokus mengelola bisnis panas bumi, sedangkan JSP dan JSR fokus pada proyek PLTGU Jawa-1. Selain itu, subholding PNRE juga memiliki portofolio pengembangan energi baru dan terbarukan (EBT) lainnya, antara lain tenaga surya, biomassa, hydrogen, baterai untuk EV dan storage, serta teknologi carbon capture utilization and storage (CCUS).

Terbentuknya subholding PNRE membuat kinerja semakin solid. Pada semester I, subholding PNRE secara konsolidasian berhasil membukukan laba bersih sebesar USD 56,8 juta. Pendapatan, EBITDA, dan laba bersih subholding PNRE masing-masing mencapai 101 persen, 117 persen, dan 152 persen terhadap RKAP. Pada kinerja operasional, produksi listrik subholding PNRE mencapai 2.324 GWh.

Untuk mencapai target 17 persen energi bersih dalam portofolio bisnis Pertamina, subholding PNRE memiliki aspirasi untuk mencapai kapasitas 10 GW energi bersih pada tahun 2026, yang terdiri dari 6 GW gas to power, 3 GW energi terbarukan di mana termasuk panas bumi di dalamnya, serta 1 GW energi baru.

Melalui restrukturisasi, setidaknya ada empat manfaat langsung yang dirasakan oleh subholding PNRE. Pertama, meningkatnya peluang untuk menjalin kemitraan dalam rangka untuk mempercepat pengembangan kapabilitas BUMN di bisnis energi baru dan terbarukan. Kedua, memperoleh fleksibilitas dalam mencari alternatif pendanaan yang kompetitif seperti Green Financing, Green Bond, termasuk melakukan unlock value perusahaan melalui skema initial public offering (IPO).

Ketiga, percepatan pengembangan portofolio bisnis energi baru dan terbarukan Pertamina dengan penjajakan kepada bisnis hydrogen, ekosistem kendaraan listrik, dan bisnis lainnya. Dan keempat, adanya potensi sinergi pemanfaatan talent yang telah berpengalaman dalam pengembangan proyek dan program pemeliharaan pembangkit listrik geothermal pada pembangkit listrik lainnya di subholding PNRE.

Dannif menambahkan bahwa subholding PNRE berkomitmen penuh mendukung target Pertamina menurunkan emisi karbon sebesar 30 persen pada tahun 2030 dengan mengedepankan aspek environment, social, and governance (ESG) dalam praktik bisnisnya.

“Dengan transformasi ini, subholding PNRE menjadi lebih fokus dengan amanah mengawal transisi energi, mewujudkan visi sebagai Indonesia Green Energy Champion, mencapai aspirasi kapasitas terpasang sebesar 10 GW pada tahun 2026,  serta mendukung visi Pertamina menuju global green energy company,” tutup Dannif.




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *