Modifikasi Kilang Tingkatkan Produksi BBM Yang Lebih Ramah Lingkungan

Jakarta, MinergyNews– Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terus berupaya meningkatkan penggunaan Bahan Bakar Minyak (BBM) yang ramah lingkungan, antara lain dengan meningkatkan kapasitas kilang hingga mampu menghasilkan BBM dengan nilai oktan tinggi. Misalnya, Kilang Balongan yang memproduksi BBM setara EURO IV yaitu Pertamax Turbo dan program upgrading (RDMP/Refinery Development Master Plan) Kilang Balikpapan yang rencananya akan rampung tahun 2023 mendatang dan mampu memproduksi Bahan Bakar Minyak (BBM) yang setara dengan EURO V.

Indonesia telah menandatangani Paris Agreement, sekaligus menyatakan kesediaan untuk meratifikasi Paris Agreement dengan besaran emisi GRK Indonesia adalah 0,554 Gt CO2eq setara dengan 1,49% total emisi global. Dengan keputusan ini, menurut Kepala Biro Komunikasi Publik Dan Kerja Sama Kementerian ESDM Agung Pribadi, Indonesia harus menggunakan BBM yang ramah lingkungan.

Untuk melaksanakan komitmen itu, maka langkah yang dilakukan Pemerintah selanjutnya adalah meminta Pertamina untuk meningkatkan produksi BBM beroktan tinggi yang tentunya lebih ramah lingkungan.

Guna meningkatkan kapasitas produksi kilang dengan BBM yang lebih ramah lingkungan, PT Pertamina (Persero) telah melaksanakan 4 program RDMP untuk Kilang Cilacap, Balongan, Dumai dan Balikpapan. Selain itu dua grass root (New Grass Root Refinery/NGRR) yaitu Kilang Bontang dan Tuban.

“Proyek-proyek RDMP masih terus berjalan hingga saat ini, PT Pertamina telah merampungkan RDMP Kilang Balongan. Selesainya RDMP Kilang ini memberikan tambahan produksi BBM nasional sebesar 25.000 barel per hari (bph),” ujar Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati, di kawasan Nusa Dua, Bali, Rabu (31/8).

“RDMP dan GR masih jalan terus karena 40% kebutuhan BBM masih impor karena itu kita perlu menaikkan kapasitas kilang yang ada dari hari ini 1 juta barel per hari menjadi 1,4 juta barel per hari karena kita proyeksikan itu cukup untuk kebutuhan nasional,” tambah Nicke.

RDMP perlu dilakukan selain untuk meningkatkan produksi kilang juga untuk meningkatkan flesibilitas kilang agar dapat dapat memproses bukan hanya crude bersulfur rendah.

“Jadi RDMP itu selain meningkatkan kapasitas yang paling penting juga adalah meningkatkan fleksibilitas dari kilang agar bisa memproses bukan hanya crude yang mahal tapi juga dapat memproses crude-crude lain yang kadar sulfurnya tinggi yang sourcenya lebih banyak di dunia sehingga yang sebelumnya kita fokus ke beberapa negara saja sekarang dengan telah selesainya Proyek Langit Biru kemudian ada Proyek Arcici dan yang green refinery di RDMP Balikpapan,” jelas Nicke.

Nicke menginformasikan, hari ini RDMP Balongan sudah selesai, demikian juga dengan upgrading fleksibilty dari Kilang Cilacap sudah dilakukan. Dengan dengan dua penyelesaian ini maka hari ini sudah bisa memproses di dua kilang ini crude yang sulfur kontennya tinggi lebih murah harganya.

“Jadi kilang ini lebih fleksibel dan selain lebih fleksibel dalam memproses juga menghasilkan produk-produk dengan nilai tambah yang tinggi, dimana sebelumnya kita memproduksi premium lebih banyak, sekarang kita memproduksi Pertamax (RON 92) lebih banyak, kan beda dong harganya, volumenya sama tapi yang dihasilan kan RON nya beda dan dari aspek lingkungan juga lebih bersih,” tutur Nicke.

“Untuk Kilang Balongan kita mempunyai dua tujuan, pertama meningkatkan kapasitas dari 125.000 bph menjadi 150.000 bph, jadi sebetulnya mulai bulan Mei tahun ini BBM jenis Pertamax kita produksinya meningkat 25.000 bph atau 9.125.000 barel tambahan per tahun. Dengan selesainya Kilang Balongan kita telah berhasil menurunkan impor BBM sebesar 9.125.000 barel per tahun. Itulah kontribusi Pertamina dalam perbaikan defisit neraca perdagangan Indonesia,” tuturnya lagi.




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *