Anak Pertama Kopi: Lebih dari Sekadar Minuman, Ini adalah Kisah dan Komunitas

Tegal, MinergyNews– Di tengah hiruk pikuk persaingan bisnis kopi di Tegal, muncul sebuah nama yang berhasil mencuri perhatian dan menjadi “top of mind” hanya dalam dua bulan: Anak Pertama Kopi. Dipimpin oleh Eko Meriyanto sebagai Direktur Utama, merek kopi ini membuktikan bahwa kesuksesan tidak hanya terletak pada produk, melainkan pada cerita dan komunitas yang dibangun di baliknya.

Menurut Eko Meriyanto, Anak Pertama Kopi lahir dari sebuah ide yang lebih dalam. “Ini adalah implementasi dari cerita yang ingin kita sampaikan melalui kopi,” ujarnya. Nama “Anak Pertama Kopi” dipilih karena para pendirinya merupakan anak pertama, dan mereka ingin menyampaikan pesan khusus tentang pengalaman menjadi anak pertama. Di setiap cup kopi, terdapat kutipan yang berasal dari hasil riset mereka terhadap perasaan dan kesulitan yang sering dialami oleh anak pertama, seperti kecenderungan untuk memendam perasaan dan kesulitan untuk berbagi.

Saat ini, Eko mengungkapkan, Anak Pertama Kopi telah memiliki 21 unit gerobak kopi dan satu kedai di Tegal. Mereka menyasar pusat perkotaan, kampus, sekolah, dan area publik seperti alun-alun. Meskipun menawarkan berbagai produk, menu andalan mereka adalah Americano yang mereka klaim sebagai produk original. Dengan kisaran harga yang sangat terjangkau, yaitu Rp8.000 hingga Rp12.000, mereka berhasil menarik banyak pelanggan.

Selain menjual kopi, Anak Pertama Kopi juga memiliki misi edukasi. Mereka ingin mengajak para penikmat kopi manis untuk mencoba kopi pahit yang enak dan lebih sehat. “Kami ingin mengedukasi masyarakat bahwa kopi tanpa gula, seperti Americano, lebih sehat dan bermanfaat untuk tubuh dalam jangka panjang,” kata Eko. Untuk produknya, mereka menggunakan campuran biji kopi Arabika dan Robusta dari Bandung dan Jawa Timur, dengan rencana untuk juga mengambil pasokan dari Sumatera.

Strategi Promosi dan Ekspansi

Selama masa peluncuran, Anak Pertama Kopi menggelar berbagai promo menarik, seperti promo bundling di mana pembelian kopi tertentu akan mendapatkan gratis Americano. Strategi ini berhasil mendorong penjualan dan mengenalkan produk kopi pahit kepada konsumen baru.

Keberhasilan mereka di Tegal sangat signifikan, dengan penjualan harian mencapai 1.000 hingga 1.500 cup. Eko Meriyanto mengungkapkan bahwa kunci kesuksesan ini bukan hanya pada kualitas kopi, tetapi pada cerita dan komunitas yang mereka bangun. Mereka percaya bahwa setiap transaksi adalah kesempatan untuk membangun percakapan antara penjual dan pembeli, menjadikan kopi sebagai “teman diskusi”.

Dengan keberhasilan di Tegal, Anak Pertama Kopi memiliki rencana ekspansi yang ambisius. Pada Oktober-November, mereka menargetkan peluncuran 15 unit di Purwokerto. Harapan besar di tahun ini adalah dapat beredar di tiga kota besar, yaitu Tegal, Purwokerto, dan Cirebon atau Semarang.

Eko Meriyanto menutup wawancara dengan optimisme, “Harapan saya, setiap orang yang datang membeli kopi kami tidak hanya mendapatkan minuman, tapi juga sebuah cerita. Kopi seharusnya menjadi teman diskusi, bukan hanya sekadar produk.” Dengan visi ini, Anak Pertama Kopi membuktikan bahwa bisnis bisa lebih dari sekadar transaksi; ia bisa menjadi media untuk menyampaikan pesan dan membangun koneksi antarmanusia. (USK)




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *